Sabtu, 06 November 2010

Bendungan ini dibangun untuk menggantikan fungsi intake Mrican lama yang mengairi darerah irigasi Warujayeng dan intake Turi lama yang mengairi daerah irigasi Turi Tunggorono serta menambah suplai air untuk daerah irigasi Papar Peterongan.
Sebagai bangunan sarana dan prasarana pengairan dimanfaatkan pula sebagai tempat pariwisata, oleh karena itu pula maka oleh Perum Jasa Tirta I dikembangkan sebagai kawasan Taman Wisata.
Upaya pengembangan dan pembangunan pariwisata oleh Perum Jasa Tirta I di Kabupaten Kediri ini telah dilakukan dengan melakukan berbagai penambahan fasilitas penunjang pariwisata di Taman Wisata Bendung Gerak Waru Turi Mrican sesuai tuntutan dan kebutuhan wisatawan di masa sekarang dan masa mendatang.
Taman wisata ini berada sebelah utara ± 7 km, ± 10 menit dari Kota Kediri, tepatnya di Desa Gampeng, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri. Panjang bendungan yang 159 meter digunakan sebagai pengendali air Sungai Brantas, dan sebagai tempat wisata, tempat ini juga dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas wisata.
 

MAKAM JOYO BOYO


Makam Sri Aji Joyoboyo terletak di Desa 
Pamenang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri.
Pada Tanggal 1 Asyuro setiap tahun selalu diadakan upacara selamatan untuk memperingati tahun baru jawa. Bersama keluarga Hondodento dari Yogyakarta yang merupakan keturunan Sri Aji Joyoboyo. Upacara ini dilaksanakan ditempat muksanya Sri Aji Joyoboyo (Lokamuksa), serta diadakan kunjungan kesendang Tirto Kamandanu. Sri Aji Joyoboyo adalah seorang Raja Kediri pada Abad XII, yang pernah menulis kitab Jongko Joyoboyo, kitab yang begitu terkenal dilingkungan masyarakat Jawa. Pengelolahnya adalah yayasan Hondodento dan Pemda Tingkat II Kabupaten Kediri.

AIR TERJUN DOLO

Kabupaten Kediri memiliki beberapa air terjun yang cantik.Salah satunya, Air Terjun Dolo. Tempat wisata ini terletak di dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo,Kediri. Jarak tempuh dari Kota Kediri ke arah barat, kurang lebih 25 kilometer. Meski agak jauh, tapi pemandangan di sepanjang jalan menuju lokasi terbilang sangat indah dan mudah.
Tiba di Besuki, sembari melepas lelah,kita bisa menikmati panorama di Desa Jugo, Mojo,di sekitar menara pemancar relay televisi dan telepon seluler. Disana kita bisa menemukan Air Terjun Irenggolo. Setelah lima menit melalui jalan setapak, air terjun bertrap-trap alami ini bisa kita lihat. Tersembunyi di teduhnya rerimbunan pinus dan hutan, hembusan angin pegunungan, dan suara alam yang unik. 
Puas di sini, kita bisa melanjutkan perjalanan ke Dolo. Jarak tempuh dari Besuki sekitar 4 kilometer. Sampai di titik pemberhentian, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki menuju air terjun. Jalan yang kita lewati terbuat dari bebatuan yang desainnya dipadu dengan lingkungan. Sehingga kesan alami tetap terjaga. Apalagi di saat-saat tertentu, suara kicau burung terdengar tanpa henti. Setelah kurang lebih 10 menit menapaki jalan lambat laun kita akan mendengar gemricik air terjun. Letak kawasan wisata air terjun ini kurang lebih 1.800 meter di atas permukaan laut. Sedang ketinggian air terjunnya sendiri diperkirakan mencapai 125 meter. Begitu mendekati air terjun ini,kita langsung merasakan butiran-butiran air terjun yang sebagian terbang mengikuti angin. Suara gemuruh airnya seperti melengkapi sensasi Air Terjun Dolo

ANAK GUNUNG KELUD

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri, Jawa Timur, menjadikan ritual anak Gunung Kelud (1.731 mdpl) berupa Larung Sesaji sebagai agenda budaya.
"Kami menjadikan momen tersebut sebagai upaya untuk menarik wisatawan. Jika dulu ada danau di gunung itu, sekarang yang kami andalkan adalah perubahan wujudnya," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Kabupaten Kediri, Mudjianto di Kediri, Minggu (27/12).
Ia mengatakan, nilai pariwisata di lokasi gunung yang sempat meletus November 2007 lalu sempat membuat pemkab berupaya untuk tetap menarik wisatawan. Karena terjadi perubahan, akhirnya  pemkab membuat berbagai alternatif kegiatan maupun hiburan di lokasi tersebut.
"Untuk itu, kami sengaja menyelenggarakan agenda itu setiap tahun. Selain sebagai kegiatan budaya, ritual itu juga diharapkan mampu menarik wisatawan," kata Mudjianto.
Ia mengatakan, beberapa kegiatan atau fasilitas tambahan selain agenda ritual di lokasi tersebut juga sudah diupayakan. Sarana tersebut antara lain flying fox, gardu pandang, pemandian air panas yang mengalir lewat Kali Bladak, serta beberapa sarana lainnya.
Mudjianto yakin, dengan kondisi gunung yang sudah berubah tersebut, tetap mampu menarik wisatawan. Bahkan, saat ini pihaknya sudah menambah sarana dan prasarana berupa angkutan umum ke lokasi tersebut, sehingga tidak menyulitkan para pengunjung.
Pihaknya mengaku tidak mengabaikan ancaman gunung yang sewaktu-waktu dimungkinkan bisa meletus tersebut. Selain sudah menugaskan tim untuk berjaga, pihaknya juga sudah membuat pagar pengaman baik yang dipasang di lokasi menuju kawah dan jarak 2,5 kilometer dari gunung.
Sementara itu, Kepala Desa Ngancar, Bejo Utami mengatakan, pihaknya akan tetap menyelenggarakan kegiatan ini dan ikut menjadikan agenda ini sebagai budaya. Selain berharap dan berdoa agar diberi keselamatan, kegiatan tersebut juga diharapkan dapat menjadi penggerak roda perekonomian di masyarakat. (Ant/OL-03)

SIMPANG LIMA GUMUL

Monumen Simpang Lima Gumul terletak di Desa Tugurejo, Kec. Gampengrejo, Kab. Kediri. Daerah Simpang Lima adalah tempat bertemunya arus lalu lintas dari lima arah. Dari arah Kediri, Pare, Pagu, Pesantren dan Gurah. Di tengah-tengahnya adalah Monumen Simpang Lima Gumul.

Bangunan berbentuk segi empat setinggi 30 meter ini menghiasai bunderan yang merupakan titik pusat simpang lima ini. Letak simpang lima Gumul ini sendiri sebenarnya bukan berada di tengah-tengah kota tetapi justru berada agak pinggiran. Letaknya dari kota Pare sebagai ibukota Kabupaten Kediri malah sangat jauh, lokasi ini justru lebih dekat dari Kota Kediri  yang merupakan ibukota Kodya Kediri.

Pembangunan Trade Center Simpang Lima Gumul, merupakan tahap  awal Pemerintah
Kabupaten Kediri untuk membangun  Pusat Perdagangan yang sekaligus menjadi pusat rekreasi .  Pada masa yang akan datang diharapkan akan menjadi sebuah “ kota baru”  bagi Kabupaten Kediri. Untuk tahap awal  Trade Center ini dibangun diatas tanah  seluas 37 Hektar .

Tidak jauh dari simpang lima ini, saya temukan proyek pembangunan terminal bus Gumul, yang pembangunannya belum selesai dan masih dipagari seng proyek. Tetapi dilihat sepintas, terminal ini cukup rapi dan megah sekaligus terpadu kalau dilihat dari jalur2nya.

Saat saya untuk kedua kali mengunjungi tempat ini cuaca sangat cerah dan langit sangat biru, sayang tak tampak gumpalan awan sebagai pemanis cuaca cerah pagi itu, dan sayangnya pula saya tidak diijinkan masuk bangunan ini karena sedang ada acara berlangsung di dalamnya. Entah acara apa, yang jelas saya harus memendam rasa kecewa tidak dapat mengeksplor bangunan di dalamnya ataupun hanya sekedar melihat-lihat di dalam ada apa saja. Meskipun di deket bunderan sudah dibangun tempat parkir yang melengkapi fasiltas kawasan ini, namun berhubung belum difungsikan, maka pengnjung harus memarkir kendarannya cukup. Kapan ya semua fasiltas itu bisa difungsikan?